-->

Pendahuluan Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib

No comments
Zaenal "Abis" Abidin - Kebijakan dakwah yang dikeluarkan oleh khalifah Ali Bin Abi Thalib
Pendahuluan kebijakan dakwah Ali Bin Abi Thalib di bawah ini hanya sekedar bacaan dan pelengkap judul utama, yaitu Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib. Selain itu, saudara bisa menggunakan bacaan ini untuk keperluan memnuhi tugas (tidak disarankan copy-paste seluruhnya - silakan diedit ulang).

Pendahuluan Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib

Tidak berapa lama sesudah Imam Ali Bin Abi Thalib mengucapkan amanatnya yang pertama, muncullah persoalan baru. Waktu itu hanyak orang sedang berkerumun untuk menerima pembagian harta ghanimah dari Baitul Mal.

Kepada seorang jurutulis, Ubaidillah bin Abi Rafi’, Amirul Mukminin memerintahkan agar pembagian dimulai dari kaum Muhajirin, dengan masing-masing diberi tiga dinar. Kemudian menyusul kaum Anshar. Semuanya mendapat jumlah yang sama, yaitu tiga dinar.

Pada saat itu, seorang bernama Sahl bin Hanif bertanya, "apakah dua budaknya yang baru dimerdekakan hari itu, juga akan menerima jumlah yang sama?". Dengan tegas Imam Ali Bin Abi Thalib mengatakan, bahwa semua orang menerima hak yang sama yaitu tiga dinar.

Ketika pembagian ghanimah berlangsung, beberapa orang tokoh penting tidak hadir. Di antara yang tidak hadir itu ialah Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Al-’Awwam, Abdullah bin Umar, dan Said bin Al-Ash.

Perubahan Drastis

Beberapa waktu setelah pembagian ghanimah dilaksanakan, timbullah ketegangan antara Imam Ali Bin Abi Thalib dengan sekelompok orang-orang Quraisy. Peristiwa terjadi di masjid Madinah, setelah shalat subuh. Selesai mengimami shalat, Amirul Mukminin duduk seorang diri. Kemudian ia didekati oleh Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’aith.

Atas nama teman-temannya (termasuk yang tidak hadir pada saat pembagian ghanimah) ia mengatakan kepada Imam Ali, “Ya Abal Hasan (nama panggilan Imam Ali Bin Abhi Thalib), hati kami semua sudah pernah Anda sakiti. Tentang aku sendiri, ayahku telah anda tewaskan dalam perang Badr, tetapi aku tetap dapat bersabar. Lalu dalam peristiwa lain, Anda tidak mau menolong saudaraku. Tentaug Sa’id, dalam perang Badr juga ayahnya telah anda tewaskan. Sedang mengenai Marwan, anda juga pernah menghina ayahnya di depan Khalifah Utsman bin Affan, yaitu ketika Marwan diangkat sebagai pembantunya.”

Setelah berhenti sejenak untuk mengubah gaya duduknya, Al-Walid melanjutkan, “Mereka itu semuanya adalah kaum kerabat Anda sendiri dan di antara mereka itu bahkan terdapat beberapa orang terkemuka dari Bani Abdi Manaf. Sekarang kami telah membai’at Anda, tetapi kami mengajukan syarat. Yaitu agar Anda tetap memberikan kepada kami jumlah pembagian ghanimah yang selama ini sudah diberikan oleh Khalifah Utsman kepada kami.”

Setelah berfikir sejenak, al-Walid meneruskan, “Selain itu, Anda harus dapat menjatuhkan hukuman mati kepada orang yang telah membunuh Utsman bin Affan. Ketahuilah, jika kami ini merasa takut kepada Anda, tentu Anda sudah kami tinggalkan dan kami bergabung dengan Muawiyah di Syam.”

Kalimat yang terakhir ini jelas merupakan intimidasi politik yang dapat dikaitkan dengan rencana gelap Muawiyah bin Abi Sofyan di Syam. Tanpa ragu-ragu Imam Ali Bin Abi Thalib. secara terus terang menjawab intimidasi politik Al-Walid itu. Ia berkata, “Tentang tindakan-tindakan yang kalian sebut sebagai menyakiti hati kalian, sebenarnya kebenaran Allah-lah yang menyakiti hati kalian. Tentang jumlah pembagian harta yang selama ini kalian terima dari Khalifah Utsman, kutegaskan, bahwa aku tidak akan mengurangi atau menambah hak yang telah ditetapkan Allah bagi kalian dan bagi orang-orang lain. Adapun mengenai keinginan kalian supaya aku menjatuhkan hukuman mati kepada orang yang membunuh Utsman, jika aku memang wajib membunuhnya, tentu sudah kubunuh sejak kemarin-kemarin. Jika kalian takut kepadaku, akulah yang akan menjamin keselamatan kalian. Tetapi jika aku yang takut kepada kalian, kalian akan kusuruh pergi!”

Mendengar jawaban Imam Ali Bin Abhi Thalib yang begitu tegas, Al-Walid beranjak meninggalkan tempat, kemudian mendekati teman-temannya yang sedang bergerombol di sudut lain dalam masjid. Kepada mereka al-Walid menyampaikan apa yang baru didengarnya sendiri dari Amirul Mukminin. Tampaknya mereka tidak mempunyai persamaan pendapat tentang bagaimana cara menunjukkan sikap menentang Imam Ali Abi Bin Abi Thalib dan bagaimana cara menyebarkan rasa permusuhan terhadapnya.

Demikian pendahuluan kebijakan dakwah Ali Bin Abi Thalib, selanjutnya silakan klik link Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib di atas untuk melihat guna mengetahui kebijakan-kebijakan dakwah yang dikelurakan oleh Ali Bin Abi Thalib. Sumber refrensi http://rahmatehida.blogspot.com/ - Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib.

Related Posts: Pendahuluan Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib

No comments: Pendahuluan Kebijakan Dakwah Ali Bin Abi Thalib

Blog Archive